Meracau : Kala Kelam 1801 (part 4)


KALA KELAM

LIFT BETARI

Sehabis menutup telepon yang mebuat dirinya tercekat Doni bersender lesu di depan lift. Sehabis memencet panah ke bawah Doni kembali tergiang kata kata di ujung telepon “…bantuin ibu ya Don…kasian Ayah”

Ting lift terbuka…Doni melangkah gontai. Hmm tumben jam segini lift sepi??? sambil melihat jam yang menunjukkan angka 12.05. Bukannya kalau ibarat lalu lintas jam ini adalah puncak puncaknya lift penuh sesak…pikir Doni.

” Baguslah…aku bisa melamun sambil mendengarkan lantunan lagu audio line dalam lift. Setidaknya bisa menenangkan hati. Sembari senyum senyum sendiri mematutkan posisi ujung bibir biar tidak tampak aneh saat di floor 17 saat Betari naik.

Lift Betari demikian aku menamakan lift buatan Jepang ini, hampir setahun di jam yang sama aku selalu memaksakan diriku makan siang. Bukan karena aku punya penyakit maag akut sehingga jam makan menjadi sebuah kewajiban, tapi lebih karena senyum Betari lebih ampuh daripada transferan uang gaji ku yang tak seberapa. Apalagi bulan bulan belakangan ini transferan bank sepertinya ogah keluar dari pakem nominal gapok…kasiannya nasib ku ini. Tapi Betari memang mujarab, wanita cantik ini adalah gabungan berbagai impian tentang wanita sepanjang hidupku. Tapi apa daya tampilannya yang khas wanita ibukota terpaksa melunakkan tekadku untuk mengajaknya kencan atau bahkan sekedar mengucapkan kata di luar kata “Hai…”

 

 

Angka di atas pintu menunjukkan lantai 19 aku mendendangkan lagu Coldplay yang samar samar tipis terdengar. Bzz.rrttt tiba tiba lampu berkedip kedip. Ahhh sialan makin sering gangguan elektrikal di lift ini. Perasaan belum lima tahun diresmikan masa sudah sering rusak. Tiba tiba suara samar Coldplay jadi menghilang…hening…suara ban karet berjalan di atas terdengar lembut.

Biasanya lift turun per level hanya membutuhkan sekian detik. Aku tadi naik di lantai 22, tadi lantai 19 dan sudah sepuluh detik aku memastikan bahwa lift ini tidak mati…18….ayo 18…mana 18…Ah gilaaaa mana sendirian..kalau terjebak mampus aku.

Sepuluh detik yang aneh itu akhirnya berakhir dan lift terbuka…pasti 17. Lift pun terbuka. Koridor kosong. Aku yang sedari tadi diam bersender di pojokan mencoba berdiri lebih tegak…tampak di pantulan marmer sesosok bayangan wanita berambut panjang dengan setelan standard khas kantoran.

Aku pun mendekati pintu lift..”Kenapa gak masuk masuk?…mba yang aneh…” Sambil agak keras aku pun bicara…Mba..turun? setengah melongok aku bicara…kiri kanan…tertegun dan menelan ludah…Sumpah demi Allah tadi ada bayangan wanita di pantulan marmer…kok sekarang gak ada…..???

Srrrttt…pintu lift mulai menutup cepat cepat kutarik kepalaku. Sambil sedikit bergidik aku dikagetkan suara lagu Coldplay yang volumenya tiba tiba mengeras…Astagfirullah!!! sedetik demi sedetik volume itu kembali normal. Sambil melihat lampu penunjuk lantai ternyata tidak ada satupun lampu lift yang menyala…bergerak lembut baru angka bergerak ke 18…17…Ting…senyum senyum senyum…aku langsung fokus melupakan keanehan yang baru saja terjadi…gak mungkin dong ada sesuatu di tengah hari kaya gini…diriku beralasan.


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *