Meracau : Kala Kelam 1801 (part 1)


KALA KELAM

18:01 INTERMEZZO

Gedung Jakarta Business Centre terletak di kawasan segitiga emas Jakarta yang tampaknya tidak pernah lelah dengan aktifitas. berbagai gedung perkantoran, gedung pemerintahan, pusat hiburan bertebaran di kawasan ini. Selama 24 jam kawasan ini tak pernah sedetikpun terlelap.

Jauh sebelum bernama hamparan tanah merah ini menjadi saksi pembantaian dua bangsa penjajah terhadap mereka yang dicap pemberontak pribumi. Bahkan sebelum itu tanah ini menjadi merah karena punakawan raja Hindu harus mengalah berhadapan dengan desakan arus baru pengaruh peradaban baru di TImur Tengah.

Setelah memiliki nama di tahun 50 an, kawasan ini masih berupa tempat tak berpenghuni hamparan kebun bambu tempat jin buang anak. Tempat yang menjadi alasan para orang tua menakuti anak cucu mereka yang mencoba berulah. Di awal 80 an kawasan ini menjelma menjadi sebuah perkampungan padat para pekerja luar daerah imbas dari periode pembangunan. Meski tak berapa lama, karena harus mengalah atas nama kemajuan jaman. Selain rumah, kios, kuburan, dan sebagainya kawasan ini juga dikenal sebagai “daerah – hampir – tak bertuan” .Sebuah tempat pertarungan preman kelas teri menyabung nyawa. Rebutan jatah parkir, uang keamanan pub kelas RT, dan serobot antrian PSK seringkali berujung maut..kalau bukan sedikit codet di muka menjadi simbol inisiasi kenaikan kelas, dan tentunya sebagai puncak adalah garis polisi sebagai tanda bukti nyawa telah melayang dan sang preman harus turun tahta. Itulah sekilas kisah tanah yang dulu orang menyebutnya Awi Demit, Kampung Petak, dan kini berhak menyandang satu nama sebagai bagian dari Kawasan Segitiga Emas.

Bernini Fashion, Sach & Sach, hanya sedikit dari sederet nama tenant yang bermarkas di gedung JBC. Kawasan ini sudah berubah menjadi sebuah highrise building dengan desain avant garde. Tahun 90 awal JBC masih bernama Gedung Wira Lorda, sebuah gedung perkantoran yang dikelola Yayasan afiliasi pemerintah. Ketika krisis 98 banyak tenantnya mundur karena iklim ekonomi dan politik Indonesia yang tidak jelas. Gedung Wira Lorda menjadi satu dari sekian onggok monumen penanda kesuksesan sekaligus kegagalan Orde Baru.

Tahun 2000 awal gedung ini direvitalisasi oleh konsorsium asing bermitra lokal, dihancurkan dan dibangun dari titik nol. Sebuah aksi dilakukan untuk mengembalikan kejayaan gedung tersebut. Mulai dari aksi penyerbuan ormas untuk mengusir preman yang menguasai gedung tak bertuan tersebut, yang berujung kematian banyak orang, hingga ritual belasan dukun sakti dan sederet kyai mumpuni yang diturunkan demi menyucikan daerah yang dianggap tidak suci karena terlalu lama ditelantarkan.

Lima tahun yang lalu orang nomor satu di negeri ini memukul gong sekaligus mencoretkan spidol emas ketika akhirnya Gedung Jakarta Business Centre dibuka. Sebuah landmark baru di tengah kota Jakarta. Sebuah monumen berwarna kilau perak pantulan arsitektur modern berbahan baja, kaca dan alumunium. Sebuah karya yang menggambarkan bahwa kawasan keras ini tetap eksis berkompetisi dalam nafas modernisasi, tetapi di sela sela keheningan yang sulit didapatkan di tengah semarak kota Jakarta. Gedung ini menyimpan kisah lama yang tertimbun berbagai cerita baru…memori lama yang tidak pernah menghilang terekam erat dalam ruang karena sejatinya waktu memang tak berjalan mundur.


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *